Senin, 04 Mei 2009

ESAI Tentang ELIT POLITIK DI INDONESIA

Sejarah politik di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang adalah sejarah pertarungan Elit politik. Mereka adalah orang-orang terpelajar pada masa penjajahan, anak-anak ningrat yang bersekolah dengan kurikulum belanda. Alumni-alumni itulah yang menggerakkan roda politik di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan sampai pada terbitnya Orde Baru. Pada masa kolonial, pemain dominan dalam kancah politik tentunya adalah belanda, elit politik yang berkuasa dipimpin oleh gubernur jendral yang dimandatkan oleh kerajaan belanda untuk memerintah di Hindia Belanda (Indonesia), pribumi yang terpelajar difungsikan sebagai birokrasi pengatur administrasi pemerintahan belanda, sedangkan keturunan cina dan arab merupakan elit lain dalam bidang ekonomi.
Menjelang kemerdekaan, didukung semakin banyaknya pribumi yang terpelajar dan matang oraganisasi massa berkembang pesat, dan partai-partai politik menyusul setelah itu. Pribumi yang terpelajar ini mengkampanyekan tentang kemerdekaan Indonesia, walaupun dengan metode perjuangan yang berbeda-beda. Dinamika terus berlanjut dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia sampai saat di proklamirkannya kemederkaan Indonesia oleh pejuang-pejuang kemerdekaan yang merupakan elit pemuda Indonesia, kenpa saya bilang begitu, karena Sukarno, Hatta selama ini sebelum kemerdekaan adalah contoh pribumi yang dekat dengan penjajah (bukan dalam artian negatif), mereka adalah pemimpin pemuda yang sering diminta datang dalam pembicaraan dengan peguasa penjajah belanda maupun jepang. Dalam teori elit Pareto dan mosca, Sukarno dan Hatta sangat tepat dikatakan elit pada waktu itu.
Dalam perjalanan pasca kemerdekaan semakin banyak tercipta kelompok-kelompok elit di Indonesia, didukung oleh berkembangnya paham-paham politik yang berusaha menanamkan pengaruhnya di republik yang baru saja merdeka ini. Elit partai-partai seperti PKI, Masyumi, PNI adalah yang banyak mewarnai dinamika politik di Indonesia. Selanjutnya dengan berkembangnya angkatan bersenjata Indonesia, tumbuh pula jendral-jendral yang segera menjadi elit politik yang mempunyai kekuatan bersenjata. Puncak dari pertarungan elit-elit tersebut adalah kejadian 30 september 1965.
Setelah berkuasanya rejim militer Suharto dukungan amerika serikat, kelompok-kelompok elit yang berseberangan dengannya tidak dibiarkan berkembang, bahkan kalau perlu dihabisi. Walaupun tetap ada yang menyimpan kekuatan dibawah tanah. Namun dalam tubuh orde baru sendiri masih terjadi pertarungan elit didalamnya (antar jendral) yang menyebabkan peristiwa MALARI, walaupun tidak sampai membuat rejim itu kolaps. Hingga sampai jatuhnya rejim Suharto pada 1998 tidak merupakan kehendak dari segenap rakyat Indonesia, jatuhnya Suharto adalah katup pengaman dari berlanjutnya kerusuhan yang terjadi dimana-mana akibat provokasi dari Intelijen entah suruhan elit politik yang mana, sengaja untuk menciptakan kondisi seperti itu. Era reformasi yang mengatasnamakan rakyat merupakan pertarungan kembali elit politik lama yang dibungkam oleh Suharto dengan sisa kroni Suharto dan kekuatan baru yang menjunjung reformasi. Sampai sekarang rakyat hanya dijadikan penonton pertarungan elit, kesadaran politik masyarakat yang lemah itu malah dimanfaatkan untuk kelanggengan kekuasaan mereka bukannnya ditingkatkan. Pendidikan merupakan jalan satu-satunya untuk dapat merubah paradigma masyarakat memandang politik, atau pemimpin yang berdedikasi tinggi untuk kemajuan bangsa dan negara yang seperti tidak punya masa depan ini. Tapi bagaimana caranya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar