Selasa, 15 September 2009

seminar sehari di FP USU

Beberapa waktu lalu saya mengikuti seminar yang bertema kedaulatan pangan yang berhasil di wujudkan di Indonesia pada tahun 2008 kemaren. Acara tersebut dilaksanakan di fakultas pertanian universitas sumatera utara. Penyelenggara kegiatan tersebut secara resmi adalah PEMA USU, ini kalau dilihat dari undangan yang saya terima, disitu tertera penyelenggara dan stempel instansi yang mengundang.
Namun setelah beberapa saat saya berada dalam ruangan seminar di Fakultas ekonomi tersebut saya menyadari ada benang merah antara elemen-elemen yang terlibat dalam acara tersebut. Instansi pertama adalah penyelenggara; PEMA USU yang presidennya merupakan kader dari KAMMI, lalu ada instansi yang tidak tersebut di undangan namun ternyata berperan juga dalam acara tersubut yaitu PPNSI, berikutnya adalah tamu undangan yang dijadwalkan membuka acara namun ternyata terlambat tapi masih diberi juga kesempatan untuk akhirnya menutup acara yaitu wakil gubernur Sumatera Utara Gatot pujonugroho. Dan instansi terakhir yang saya pikir punya benang merah dengan instansi lainnya adalah menteri pertanian yang kehadirannya diwakili oleh sekretaris kementrian tersebut. Sudah bisakah anda melihat keterkaitan yang ada diantara instansi tersebut? KAMMI yang kadernya menguasai PEMA USU merupakan organisasi mahasiswa onderbouw- nya PKS (partai keadilan sejahtera), PPNSI adalah organisasi bentukan kader PKS yang fokus pada petani dan nelayan, tentu untuk memperlebar cakupan afiliasi. Gatot pujonugroho tentu sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari bayang-bayang partainya, dan kementrian pertanian RI yang menterinya Anton Apriantono merupakan kader dari partai Islam yang mengaku modern tersebut. Rapi sekali bukan sinergi antara mereka membuat sebuah acara yang membahas topik pertanian, yang strategis secara politis dan dilaksanakan secara terbuka di wilayah kampus?

Sebenarnya saya tidak mempersoalkan agenda apapun yang tersembunyi dari acara tersebut, bahkan saya sangat kagum kepada para kader partai tersebut yang mampu mengkombinasikan secara efisien institusi-institusi yang mereka kuasai. Bagi orang yang tidak jeli melihat fenomena itu maka acara seminar tersebut pasti terkesan seperti seminar seperti biasanya, karena yang institusi yang terkait memang berperan sesuai dengan wilayah kerjanya. PEMA USU sebagai panitia lapangan yang mengorganisir acara, PPNSI sebagai stake holder, Kementrian Pertanian sebagai Narasumber objek, dan Pemprovsu sebagai tamu kehormatan. Apakah peran fakultas pertanian disini? Tentu agar tidak terlihat ganjil dan acara berjalan dengan lancar pihak dekanat dilibatkan sebagai salah satu pembicara di seminar itu, yang anehnya hanya itulah yang terlihat dari perannya dalam acara tersebut, karena acara tersebut telah dipersiapkan secara matang teknis dan materil pendanaannya tanpa bantuan dekanat pertanian. Tidak heran tentunya dari mana panitia mendapatkan pendanaan itu.

Kalau dari isu politis yang dapat dimanfaatkan dari acara tersebut saya menangkap ada beberapa point yang bisa dijadikan bahan opini, pertama keberhasilan swasembada beras tahun 2008 yang diklaim oleh PKS adalah buah pikiran kadernya Anton Apriantono, lalu bisa saja acara tersebut merupakan manuver politik Gatot untuk lebih populis dibanding gubernurnya, hubungan kerja mereka berdua akhir-akhir ini diakabarkan kurang harmonis layaknya fenomena SBY-JK, hal ini tentu sah-sah saj dilakukan gatot. Acara seperti ini juga bisa memperkuat konsolidasi antar lembaga yang memiliki benang merah tersebut maupun anggota masing-masing lembaga tersebut. Terakhir mungkin adalah semakin intensnya kegiatan yang mereka laksanakan dikampus yang berimplikasi semakin akrabnya dunia akademis yang seksi ini pada partai tersebut.
Ini merupakan kerja-kerja dari agenda kampanye politik yang cerdas dilaksanakan oleh partai keadilan sejahtera, dan reaksi yang tepat untuk menjawab hal tersebut adalah meniru apa yang baik yang telah mereka lakukan dan tak pernah terpikirkan oleh kita yang sibuk permasalahan intrik di internal organisasi.